TEMPO.CO , Surakarta - Ahli teknologi informasi Onno W Purbo mengembangkan perangkat lunak dan perangkat keras Base Transceiver Station (BTS), yang biasa digunakan operator telepon seluler untuk memperluas jangkauan sinyal.
Berbeda dengan BTS milik operator seluler, Onno membangunnya dengan prinsip pengguna telepon seluler dapat menelepon dan mengirim pesan pendek secara gratis. “Ini solusi untuk masalah jaringan di daerah terpencil,” katanya kepada Tempo seusai seminar Open BTS di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu, 7 Juli 2012.
Dia mengatakan operator seluler cenderung tidak mau membangun BTS di daerah terpencil mengingat investasinya yang besar. Dia menyebut untuk satu BTS, butuh biaya antara Rp 1,5 sampai 3 miliar. “Karenanya ada masyarakat Papua yang ponselnya hanya untuk mendengarkan musik. Karena disana tidak ada sinyal,” ucapnya.
Sedangkan Open BTS yang dia buat, hanya butuh biaya Rp 150 juta, termasuk untuk perangkat lunak dan perangkat keras seperti antena, personal computer, dan daughterboard. Dia mengklaim Open BTS bisa menjangkau radius 20 kilometer.
Menurut Onno, Open BTS cocok digunakan di daerah terpencil karena alat itu akan membangun jaringan sendiri, tanpa tergantung ada tidaknya jaringan lain seperti jaringan internet atau satelit. Selain itu, menjanjikan komunikasi dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding menggunakan jaringan operator telepon seluler, bahkan bisa gratis.
Hanya saja, penggunaan Open BTS terhadang aturan. Sebab selama ini frekuensi telepon seluler hanya diberikan kepada operator. “Kalau memakai ini secara luas, bisa kena pidana,” ujarnya.
Namun paling tidak, dia memberi gambaran bahwa untuk mendirikan BTS tidak butuh biaya mahal. Begitupun biaya berkomunikasi, bisa lebih ditekan karena berbasis pada VOIP (Voice Over Internet Protocol).
Onno mengatakan sudah ada operator yang tertarik bekerja sama untuk menggunakan Open BTS. Jika itu terjadi, maka biaya berkomunikasi bisa lebih murah. “Tiap universitas juga bisa membuatnya. Tapi nanti untuk pemakaiannya harus menggandeng operator,” katanya.
Ketua Jurusan Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS Surakarta, Palgunadi mengatakan Open BTS dapat membuka wawasan mahasiswa agar ke depan bisa membuat karya serupa.
Menurutnya, ide dari Onno relatif bisa diterapkan oleh mahasiswa. "Bisa saja setelah ini mereka membuat Open BTS sendiri secara sederhana. Kemudian bisa dibeli oleh perusahaan telekomunikasi," ujarnya.
Atau paling tidak, lanjut Palgunadi, mahasiswa punya keahlian dalam hal telekomunikasi sehingga lebih mudah mencari pekerjaan.
[ sumber : ngopi dari www.tempo.co/read/news/2012/07/07/061415456/Open-BTS-Solusi-Pemancar-di-Daerah-Terpencil ]
0 Komentar